Jumat, 16 Maret 2012

KEMATIAN

ASALAMMUALAIKUM WR WB . 
Hadirin yang kami muliakan
KEMATIAN suatu kata yang tidak asing  ditelinga kita, akan tetapi dapat menggetarkan hati setiap insan yang bernyawa, Mengapa .??? Karna kematian merupakan suatu KENISCAYAAN yang akan dialami oleh setiap makhluk yang bernyawa , Entah dia seorang kaya atau seorang yang miskin entah dia seorang yang muda atau yang tua entahh dia seorang pejabat tinggi maupun rakyat kecil . PASTI akan mengalami kematian . 
Berkenaan dengan ini Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Imran ayat 185 yang artinya : " Sesungguhnya setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian dan sesungguhnya semua amalan akan disempurnakan diakhirat nanti ". Berkenaan dengan ayat diatas tadi jelas sekali  bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian .
           Ada suatu riwayat, suatu ketika Rasul SAW ditanya oleh salah seorang sahabat : " Ya Rasulullah ketika engkau telah tiada maka kepada siapa lagi hamba meminta NASEHAT . Rasul SAW menjawab: Wahai sahabat sesungguhnya aku telah meninggalkan 2 NASEHAT kepada kamu : Nasehat yang pertama adalah nasehat yang berbicara dan nasehat yang kedua adalah nasehat yang diam .Lalu sahabat kemudian bertanya lagi kepada Rasul Saw . : ya.. Rasulullah apakah nasehat    Berbicara itu ya Rasul dan apakah nasehat yang diam itu ya.. Rasulullah. Rasulullah kemudian menjawab : wahai sahabat wahai sahabatku nasehat yang berbicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu adalah kematian .
  
Rasulullah SAW pernah ditanya oleh salah seorang sahabat , ya Rasulullah siapakah orang yang paling berakal dan siapakah orang yang paling bijaksana .?          .Rasulullah SAW menjawab, “Orang yang paling berakal adalah orang yang paling banyak mengingat kematian. Sementara orang yang paling bijaksana adalah orang yang paling baik persiapannya. Dia akan mendapat kemuliaan di dunia dan akhirat.”
           Hadirin yang berbahagia kematian merupakan universitas terbaik dalam kehidupan kita , Mengapa ...??? . Karna seperti  kita ketahui bersama bahwa kita sering diperhadap dengan suatu kejadian yang berkaitan dengan kematian . Ketika kita sama-sama memandinkan  mayat , menyolati mayat , mengkafani simayat , dan mengantarkan mayat sampai di tempat peristiraharan terakhirnya . Dann kita tidak pernah akan mengetahui kapan giliran kita selanjutnya akan dipanggil . mungkin tahun ini , bulan ini , dan bahkan besok pun kita tidak pernah akan mengetahui kapan giliran kita selanjutnya akan dipanggil . Berikut ini sedikit nasehat yang ingin disampaikan oleh guru kematian diantaranya .

Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga
Tak ada satu  buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa
berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa
lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana
tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.
Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang
menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik
pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan
itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, "Telah dekat kepada manusia hari
menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian
lagi berpaling (daripadanya)."
Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata.
Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Allah, mundurkan ajalku
sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar
ketinggalan." Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan,
kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.
Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, "Dan berikanlah
peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang
azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami,
beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami
akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul…."
2. Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka
kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang
telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah
permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.
Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras
akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun.
Padahal, sandiwara sudah berakhir.
Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat
selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya.
Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang
menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya
akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang
sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.
Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan
menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif
kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua
berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.
3. Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh
ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau
miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur
bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.
Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa.
Cuma tubuh kecil yang telanjang.
Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita
meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta
dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan
pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.
Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika
peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan
seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan,
bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan
pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.
4. Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah
khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia
ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan
antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.
Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga
yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar.
Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama
kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian
berakhir.
5. Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga
Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar
bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman.
Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam
tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia
tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.
Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah
Al-Qashash ayat 77, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…" dengan menyebut, "Ad-Dun-ya
mazra’atul akhirah." (Dunia adalah ladang buat akhirat).
    
       Ingat hadirin kematian itu begitu dekat dan sangatlah dekat . Maka dari itu saya mengingatkan kepada seluruh hadirn marilah kita jadikan kematian sebagai guru terbaik kita agar kelak datang waktunya kita dipanggil kita telah siap untuk menghadapnya . Rasul SAW bersabda : cukuplah kematian itu menjadi nasehat . WASALAM